Sabtu, 31 Desember 2011

Baby Blues


Depresi pascamelahirkan
Pada film “Get Married 3” terdapat kata “Baby Blues” yang dialami oleh Maesaroh (Nirina Zubir) pasca melahirkan.  Apa sich “Baby blues” itu? Apakah semua ibu-ibu pernah mengalaminya?
Tentunya kita jarang mendengarkan “Baby blues” itu, atau mungkin baru pertama ini kita mendengarnya. Seperti di film “Get Married 3” saja emaknya Mae baru saja mendengar kata “Baby blues”.  Well, disini kita akan membahas sedikit “Baby blues” itu seperti apa, yang diambil dari Jeffrey S. Nevid dkk.
Depresi pascamelahirkan banyak, hampir semua, ibu-ibu baru mengalami perubahan mood, periode-periode penuh air mata, dan masa-masa setelah melahirkan seorang anak. Perubahan- perubahan mood ini secara umum disebut “maternity blues”, “post partum blues” atau “baby blues” (kemurungan setelah melahirkan). Hal ini biasanya berlangsung selama beberapa hari dan dianggap sebagai suatu respons yang normal terhadap perubahan hormonal yang terjadi pada waktu kelahiran bayi. Dengan adanya hormonal yang bergolak ini, akan menjadi abnormal bagi kebanyakan wanita bila mereka tidak mengalami beberapa perubahan dalam kondisi perasaan segera setelah melahirkan anak.
Namun, sejumlah ibu mengalami perubahan mood yang parah dan persisten selama beberapa bulan atau bahkan setahun atau lebih. Masalah-masalah dalam mood ini mengacu pada depresi pascamelahirkan (post partum depression/ PPD). Postpartum berasal dari akar bahasa latin post yang berarti setelah dan papere, berarti mengeluarkan. PPD sering kali disertai dengan gangguan dalam selera makan dan tidur, self-esteem yang rendah, serta kesulitan – kesulitan dalam mempertahankankonsentrasi atau perhatian. Antara 8% sampai 15% ibu mengalami suatu gangguan depresi pascamelahirkan yang dapat didiagnosis setidaknya pada tingkat keparahan yang sedang (Campbell & Cohn, 1991; Gitlin & Pasnau, 1989). Depresi pascamelahirkan tidak hanya terjadi di Amerika Serikat; bukti dari suatu penelitian disebuah area perkotaan diportugal melaporkan tingkat prevalensi yang sama (13%) (Augusto dkk, 1996).
PPD melibatkan ketidakseimbangan kimiawi atau hormonal yang terjadi karena melahirkan, terdapat faktor-faktor lain yang diasosiasikan dengan peningkatan resiko yang mencangkup stress, ibu tunggal atau pertama kali menjadi ibu, masalah keuangan , perkawinan yang bermasalah, isolasi sosial, kurangya dukungan pasangan dan anggota keluarga, riwayat depresi, atau memiliki bayi yang tidak diinginkan, sakit, ataumemiliki bayi yang sulit secara temperamen (Forman, dkk. 2000; Ritter, dkk. 2000; Swendsen & Mazure 2000). Mengalami PPD juga meningkatkan resiko bagi wanita tersebut untuk  menderita episode-episode depresi di masa yang akan dating (Philipps & O’hara, 1991).
Baby Blues ini banyaknya pada masyarakat AS. Tetapi, baru-baru ini banyak juga pada masyarak Afrika selatan, Hongkong, Cina, dll yang mengalami PPD seperti ini. Jarang dan mungkin tidak banyak sekali masyarakat Indonesia yang bermayoritas Islam mengalami PPD atau Baby Blues seperti ini, karena memang para wanita setelah melahirkan melaksanakan Wiladah dan Nifas yang dianjurkan oleh islam. Dari mandi besar itu atau dengan kata lain keramas, bisa sedikit menghilangkan stress.

*semoga bermanfaat… :) :) :)*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar