Depresi pascamelahirkan
Pada
film “Get Married 3” terdapat kata “Baby Blues” yang dialami oleh Maesaroh (Nirina
Zubir) pasca melahirkan. Apa sich “Baby blues” itu? Apakah semua
ibu-ibu pernah mengalaminya?
Tentunya
kita jarang mendengarkan “Baby blues” itu, atau mungkin baru pertama ini kita
mendengarnya. Seperti di film “Get Married 3” saja emaknya Mae baru saja mendengar kata “Baby blues”. Well,
disini kita akan membahas sedikit “Baby blues” itu seperti apa, yang diambil
dari Jeffrey S. Nevid dkk.
Depresi
pascamelahirkan banyak, hampir semua, ibu-ibu baru mengalami perubahan mood,
periode-periode penuh air mata, dan masa-masa setelah melahirkan seorang anak.
Perubahan- perubahan mood ini secara
umum disebut “maternity blues”, “post partum blues” atau “baby blues”
(kemurungan setelah melahirkan). Hal ini biasanya berlangsung selama beberapa
hari dan dianggap sebagai suatu respons yang normal terhadap perubahan hormonal
yang terjadi pada waktu kelahiran bayi. Dengan adanya hormonal yang bergolak
ini, akan menjadi abnormal bagi kebanyakan wanita bila mereka tidak mengalami
beberapa perubahan dalam kondisi perasaan segera setelah melahirkan anak.
Namun,
sejumlah ibu mengalami perubahan mood
yang parah dan persisten selama beberapa bulan atau bahkan setahun atau lebih.
Masalah-masalah dalam mood ini mengacu pada depresi pascamelahirkan (post partum depression/ PPD).
Postpartum berasal dari akar bahasa latin post
yang berarti setelah dan papere, berarti mengeluarkan. PPD sering kali disertai dengan gangguan dalam selera
makan dan tidur, self-esteem yang rendah, serta kesulitan – kesulitan dalam
mempertahankankonsentrasi atau perhatian. Antara 8% sampai 15% ibu mengalami
suatu gangguan depresi pascamelahirkan yang dapat didiagnosis setidaknya pada
tingkat keparahan yang sedang (Campbell & Cohn, 1991; Gitlin & Pasnau,
1989). Depresi pascamelahirkan tidak hanya terjadi di Amerika Serikat; bukti
dari suatu penelitian disebuah area perkotaan diportugal melaporkan tingkat
prevalensi yang sama (13%) (Augusto dkk, 1996).
PPD
melibatkan ketidakseimbangan kimiawi atau hormonal yang terjadi karena
melahirkan, terdapat faktor-faktor lain yang diasosiasikan dengan peningkatan
resiko yang mencangkup stress, ibu tunggal atau pertama kali menjadi ibu,
masalah keuangan , perkawinan yang bermasalah, isolasi sosial, kurangya
dukungan pasangan dan anggota keluarga, riwayat depresi, atau memiliki bayi
yang tidak diinginkan, sakit, ataumemiliki bayi yang sulit secara temperamen
(Forman, dkk. 2000; Ritter, dkk. 2000; Swendsen & Mazure 2000). Mengalami
PPD juga meningkatkan resiko bagi wanita tersebut untuk menderita episode-episode depresi di masa
yang akan dating (Philipps & O’hara, 1991).
Baby
Blues ini banyaknya pada masyarakat AS. Tetapi, baru-baru ini banyak juga pada
masyarak Afrika selatan, Hongkong, Cina, dll yang mengalami PPD seperti ini.
Jarang dan mungkin tidak banyak sekali masyarakat Indonesia yang bermayoritas
Islam mengalami PPD atau Baby Blues seperti ini, karena memang para wanita
setelah melahirkan melaksanakan Wiladah dan Nifas yang dianjurkan oleh islam.
Dari mandi besar itu atau dengan kata lain keramas, bisa sedikit menghilangkan
stress.
*semoga
bermanfaat… :) :) :)*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar